Selasa, 28 Juni 2016

Tersesal


Story Eneng ...

Kerangka angin tak terlihat dimata, hanya sejuk terasa hawa. Isi hati siapa yg tau hanya hamba dan tuhanya saja. Seribu kata terus bersandar untuk mengurangi beban diri. Siapa sangka dia yg terlihat bersahaja juga punya cerita.

Berawal dari kesan dia menginjak bangku SMA. Ya karna dia masih SMA, hati dan pikiran mungkin belum terkontrol melepas keinginan untuk mempunyai seorang guardian dalam hidupnya. Beruntung sekali pria tersebut mendapat kejutan tak disangka sangka. Dari sekian banyak pria melirik hanya dia yg terpilih untuk menjadi guardian dalam kehidupan Eneng sebutanku.

Berbagai kebahagiaan dia dapatkan bersama, banyak orang yg menginginkan kehidupan mereka. Layak berarti bahagia dalam setiap langkah yg di dera, Lihat mereka.
Waktu berubah cepat, Eneng. Dia yg terlihat bersahaja  ternyata menahan banyak cerita untuk bertahan. Tanpa alasan, ya aku tidak bisa menyalahkan siapa yg salah dalam masalah mereka, namun setidaknya  tidak mungkin terjadi kebakaran jika tidak ada api.

Rasa cemburu, kecewa, dan sakit hati dia rasakan bertubi-tubi, diam karna dia wanita. Wanita? Memang lihai menutup perasaan di depan muka, namun dia juga manusia. Kodrat wanita perasaan yg lebih utama dibanding segalanya. Sedangkan pria? Logika berjalan ketika melewati suatu jalan dalam kehidupan.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari terus berlalu. Tibalah saat dia, Eneng menimba ilmu jauh dari si pria. Harapan pria “semoga dia bisa sukses dan tidak lupa bagaimana keadaan sekarang”.
Hari yg di tunggu datang juga dia, Eneng, pulang ke Jakarta dan berhasil menyelesaikan studi nya.

Tak disangka, ternyata harapan berbanding terbalik dengan kenyataan. Entah dari mana asal pikiran mereka sehingga menemukan titik jenuh untuk terucap selamat tinggal. Entah juga siapa yg memulai.

Namun, yakin bahwa mereka masih mempunyai segudang harapan bersama untuk mengulang sebuah cerita. Apa daya gengsi mengalahkan segalanya, wanita menundukan diri mengalahkan ego nya, bagaimana tidak dia yg berusaha memulai semua cerita baru meski banyak duri yg menancap di hatinya. Pria? Dia melewatkan momen itu, dia lebih meninggikan ego diri ketimbang kebahagiaan kembali daalam hidupnya.


*coretan anak bodoh bertindak, mencoba mencari sandaran dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar